Samstag, 4. Oktober 2014

Resep Kue Wortel


Wortel yang kita kenal sebagai sayuran, diketahui banyak mengandung Vitamin A ternyata tidak hanya bisa diolah sebagai sayuran matang maupun mentah melainkan bisa juga dibuat sebagai kue yaitu Kue Wortel.

Resep kue Wortel untuk pertama kali saya kenal tepatnya 22 tahun yang lalu dari Organisasi Wanita Jerman-Indonesia di Jakarta. Semenjak itu, kue Wortel sering hadir di meja makan keluarga saya sebagai pendamping minuman Teh dan Kopi di akhir pekan.

Resepnya sangat simpel, bahan-bahannya juga tidak mahal dan pembuatannya tidak sulit. Silahkan disimak resepnya di bawah ini:

Bahan:

300 g Wortel
225 g Tepung Terigu
200 g Gula Pasir (jika tidak suka manis, cukup 150 g saja)

100 g  Mentega cair
3 butir Telur
2 sendok teh Kayu Manis
2 sendok teh Baking Powder
sejumput Garam
100 g Kacang Almond untuk hiasan, boleh juga menggunakan Kacang Tanah cincang yang sudah dibuang kulit arinya.

Cara Membuat:
Wortel dikupas, dicuci kemudian diparut.
Kocok telur dan gula sampai halus dan mengembang.
Masukan tepung terigu yang sudah disaring terlebih dahulu ke dalam kocokan telur, aduk perlahan-lahan sampai tercampur dengan rata. (mixer dengan kecepatan yang paling rendah).
Kemudian masukan wortel parut, kayu manis, baking powder, garam ke dalam adonan dan aduk perlahan-lahan sampai semuanya tercampur.
Terakhir, masukkan mentega cair dan aduk sekali lagi.

Panaskan Oven dengan temperatur 180 derajad Celsius. Oles loyang bergaris tengah 26 cm dengan mentega, lalu taburi tepung dan irisan kacang Almond (lihat foto)



Masukan adonannya (lihat foto)




Taburi dengan Kacang Almond atau Kacang Tanah (lihat foto) kemudian panggang dalam Oven selama lebih kurang 30 menit.



Kue Wortel siap untuk disajikan (lihat foto)




Jika ingin tampil lebih cantik, setelah kue dingin bisa ditaburi dengan gula halus (lihat foto)




Mudahkan cara membuatnya ? dan akhir kata saya ucapkan "Selamat Mencoba" :)

Salam masak,
Indriati See - HiR, 05.10.2014



Freitag, 3. Oktober 2014

Ruang Kelasku di Jerman yang Sederhana




Dalam artikel saya yang berjudul "Di Jerman Muridku Datang Hanya untuk Curhat" terbit di Kompasiana tanggal 26 November 2013, saya singgung sekilas tentang Lembaga Bahasa dan Bimbingan Belajar yang bernama Lernstudio Barbarossa dimana saya mengajar. 

Dalam lembaga tersebut, saya hanya menangani kelas untuk orang dewasa (individual atau maksimum 2 orang/kelas) yang ingin mempelajari Bahasa Inggris atau Bahasa Perancis dengan pengantar Bahasa Jerman. 

Tujuan dari murid-murid saya untuk mempelajari Bahasa Inggris maupun Bahasa Perancis biasanya untuk mempermudah mendapat posisi lebih baik di lingkungan kerja mereka atau agar mereka lebih bisa berkomunikasi dengan para pelanggan mereka.

Metode berikut material pelajaran juga Sertifikat dan Ijazah yang akan diperoleh oleh para murid disesuaikan dengan "Standard Komunitas Negara-negara Eropa (The European Communities).

Sudah pasti  kedua bahasa tersebut pernah mereka pelajari semasa mereka masih sekolah di SMP maupun di SMA. Dan karena kedua bahasa tersebut tidak dipakai maka otomatis terlupakan.

Lernstudio Barbarossa mempunyai cabang hampir di semua kota besar di Jerman, bahkan sampai ke Austria dan Swiss.

Sebagai WNI yang tentu saja masih memegang Paspor RI, saya bangga sekali bisa bekerja disana. Bangga karena saya diperlakukan sama dengan teman-teman Pengajar lainnya yang 100% WN Jerman dan tentunya juga bangga karena sampai detik ini, murid-murid saya tidak terkejut mempunyai guru yang bukan WN Jerman ... respek !

Peraturan di sekolah tersebut sangat disiplin, salah satunya dimana para Pengajar tidak boleh datang terlambat. 15 menit sebelum pelajaran dimulai, kami harus sudah berada di kelas. Saya pribadi selalu hadir 30 menit sebelum pelajaran dimulai. Waktu 30 menit tersebut saya pakai untuk mempersiapkan semua material yang akan diajarkan seperti Kamus Bahasa, CD Recorder, Foto Copy materi pelajaran dll.

Dalam foto di atas terlihat betapa sederhananya ruang kelas (3x3m) yang saya pakai untuk mengajar. Meubelnya juga sangat sederhana, terawat dengan rapih dan bersih. 

Semuanya ini akan terujud dengan baik berkat kerjasama antara Pengurus Sekolah, Pengajar dan Murid.

Akhir kata, saya ingin mengingatkan kembali satu pepatah yang kita pelajari dari leluhur kita yang berbunyi "Tak ada Rotan, Akar pun jadi"

Selamat mengajar dan belajar serta jangan lupa kalau "tidak ada batas usia untuk belajar" 

Salam, 
Indriati See - HiR, 03.10.2014